RSS

Mudah? Tidak! Mengampuni? Ya!




Rasanya, udah ngga asing lagi yaa sama kalimat, “Saya bisa mengampuni hanya jika ia mau mengakui sepenuhnya apa yang ia lakukan dan meminta maaf!”
Atau – yang baru aja gw denger di televisi – ada seorang ibu berkata, “Sampai minta maaf ngesot-ngesot di lantai, kami tidak akan memberikan maaf!” daaaan kalimat-kalimat yang lainnya.
Harus diakui memang, mengampuni atau memberi maaf kepada seseorang itu memang sulit. Bisa jadi, sangat sulit! Tergantung jenis kesalahannya juga kali yaa?? Hehe
Oke, ngomongin masalah mengampuni, gw juga tergolong orang yang “cukup sulit mengampuni”. Tapi lebih mending lah yaa, daripada tergolong orang yang ngga mau mengampuni?? Hahhaha *membela diri*
Itu makanya, gw selalu menghindari adanya pertengkaran. Beberapa hal yang wajib dilakukan adalah selalu belajar untuk memahami orang lain, belajar mengontrol emosi dan belajar menghormati orang. Ada beberapa faktor sebenarnya yang membuat kita sulit untuk mengampuni kesalahan orang lain, salah satunya faktor gengsi. “Kenapa harus gw yg mengampuni duluan? Kan dia yang salah? ; karena sdh terlanjur marah dahsyat, yaudah deh, tunggu dia aja yang minta maaf duluan!!”. Padahal, kalo kata Lewis Smedes, mengampuni adalah satu-satunya cara untuk menyembuhkan luka batin masa lalu yang tidak dapat kita ubah dan yang tidak dapat kita lupakan. Mengampuni mengubah memori yang pahit menjadi memori yang dipenuhi rasa syukur, memori yang dipenuhi kelemahan menjadi memori yang dipenuhi keberanian, memori yang dibelenggu menjadi memori yang dimerdekakan dan melebihi apapun lainnya. Pengampunan melahirkan pengharapan bagi masa depan.
Pengampunan adalah langkah utama untuk menyembuhkan luka batin. Memang sulit. Mungkin kita seringkali berpikir dan merasa bahwa orang tersebut belum layak untuk mendapatkan pengampunan. Tapi, itulah pengampunan! Pengampunan adalah proses. Proses yang berjalan lambat. Tapi apapun itu, harusnya kita mau untuk selalu belajar mengampuni kesalahan orang lain.
Satu hal yang gw pelajari juga dari buku H. Norman Wright, pengampunan tidak ada hubungannya dengan tindakan melupakan. Bahkan sebaliknya, pengampunan diawali dengan mengingat. Kita takkan pernah dapat mengubah yang telah terjadi di masa lalu, tetapi kita dapat mengubah cara kita merespons suatu masalah. Kalo menurut gw, pada dasarnya kesalahan seseorang itu memang tidak bisa dilupakan. Apalagi kalo itu sudah membuat kita sangat marah sampai-sampai sulit ataupun tidak bisa mengampuni. Tapi jangan sampe juga kita salah mengartikan. Mengingat kesalahan orang lain bukan berarti membuat kemarahan, kekesalan, kesedihan dan kebencian kita timbul lagi. Mengingat kesalahan seseorang justru dapat membantu kita untuk tidak jatuh pada lubang yang sama lagi. Seperti yang kita tahu juga, pengampunan sendiri merupakan tindakan melepaskan. Jika diilustrasikan, pengampunan ibarat permainan tarik tambang. Sepanjang kedua belah pihak di kedua ujung tali saling tarik menarik, Anda terlibat “peperangan”. Namun, ketika seseorang melepaskan tali itu, peperangan berakhir. Bila kita mengampuni seseorang, berarti kita tengah melepaskan ujung tali yang kita pegang. Sekeras apapun seseorang menarik dari ujung satunya, jika kita telah melepaskan tali yang satu, perang telah berakhir. Jadiii,, kalo kita sudah mengampuni seseorang dan kembali kita mengingat kesalahan yang orang tersebut lakukan terhadap kita, seharusnya tidak akan ada lagi muncul perasaan marah, kesal, sedih, dendam maupun benci. Kalo perasaan itu masih timbul setelah kita sudah mengampuni seseorang, yang jadi pertanyaan, sebenernya ikhlas atau tidak mengampuninya?? Karena seharusnya, ketika kita mengampuni, maka kita melepaskan semuanya.
Banyak keuntungan yang kita dapatkan jika kita mau atau mudah mengampuni kesalahan orang lain. Yang paling membanggakan adalah kita patuh terhadap perintah Tuhan untuk selalu mengampuni kesalahan orang lain hehe. Keuntungan yang lainnya adalah kita terhindar dari rasa makan hati, sakit hati yang berlarut-larut, kemarahan yang menggelegak, memori yang terluka, kebencian yang berlarut-larut dan dendam.
Ngomongin masalah dendam, bete pasti yaa ngadepin orang yang mempunyai sifat pendendam hehe. Ngutip dari bukunya Norman Wright lagi nih, dendam itu muncul ketika anda mengumpulkan ketidakadilan yang menimbulkan amarah. Dendam itu seperti keropeng emosi yang didiamkan sedemikian lama sehingga menimbulkan infeksi dan racun mulai menjalar ke dalam setiap bagian dalam hidup anda.
Bagaimana kita mengetahui kalau kita sedang menyimpan dendam? Energi terkuras. Tenaga dihabiskan untuk mengingat luka batin dan penyebabnya. Tenaga dipakai untuk mengingat-ingat terus apa yang ingin kita katakan dan untuk memikirkan cara-cara untuk menghukum orang lain. Dendam tidak ada artinya. Dendam tidak alkitabiah. Dendam hanya membawa kita pada apa yang tidak kita inginkan dalam hidup. Sebagai ilustrasi, dendam itu ibarat mengisi penuh koper dengan barang-barang yang tidak perlu. Anggaplah anda sedang bersiap-siap untuk melakukan suatu perjalanan. Anda hanya membeli satu koper, karena koper tersebut terbuat dari bahan elastik sehingga anda dapat mengemas barang lebih banyak di dalamnya. Anda mulai memilih barang-barang yang akan dibawa, tumpukan barang yang mau dibawa semakin menggunung, tetapi anda harus dapat memasukkan semua yang diperlukan ke dalam koper itu. Setelah selesai, anda berusaha mengangkatnya dan anda nyaris tidak sanggup memindahkannya. Anda berusaha untuk menyeretnya, karena itulah satu-satunya cara supaya anda dapat membawa koper itu ke mobil dan ke tempat tujuan anda. Lalu, anda mulai bertanya-tanya dalam hati, apakah saya memang membutuhkan semua barang ini? Akhirnya, perjalanan mulai lebih terasa seperti beban daripada kesenangan.
Menjadi pendendam akan jauh lebih menyiksa dan menyusahkan dibandingkan dengan orang yang mudah untuk mengampuni. Menjadi seorang yang pendendam sama halnya dengan mengikatkan koper yang diisi penuh dengan barang-barang yang tidak perlu tadi – kemarahan, ketidakadilan, kebencian – pada diri anda, sehingga anda harus menyeretnya kemana-mana. Koper itu membebani anda, menguras tenaga anda dan menghambat kemajuan anda.
Jadiii,, apapun masalahnya, belajarlah untuk mengampuni setiap kesalahan yang dilakukan orang lain kepada kita. Daripada energy terkuras karena mendendam?? Hahaha
Oke, akhirnya kelar juga setelah disimpan di draft laptop dari awal tahun 2013 hehehehe

Copyright 2009 oktarinigintings. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy