Kalo ngomongin masalah perceraian,
pernikahan, pacaran dan kelajangan, itu topik yang seru dan menariiiiiik! Gw
banyak belajar dari beberapa buku yang gw punya, Lady In Waiting, I Kissed
Dating Goodbye dan Passion and Purity. Ngga bakal nyesel ngabisin banyak uang
untuk beli ketiga buku itu. Baguuuuuuuusss!!!!!
Berawal dari buku Lady In Waiting. Kalo
ngebahas buku yang satu ini, jadi inget Ka Kinan, sang pemberi buku hahaha,
thanks a lot buat Ka Kinan :D
“DISATUKAN BUKAN DICERAIKAN”, judul
khotbah pembukaan bulan keluarga, 7/10/12.
Judul yang menarik dengan pengkhotbah
yang manis *LOH?*
Entah ini kebiasaan buruk atau baik,
setiap pngkhotbahnya Pdt. Guruh Jatmiko Septavianus, gw pasti ngerekam
khotbahnya dari awal sampai akhir, ngedengerin dengan seksama, mulut
ternganga-nganga dan mata ngga kedip-kedip ngeliatin ganteng dan manisnya pak
pendeta (-,-“) *kelakuan lo ting…ting!!!* *KIDDING!!*
Oke!!
Awal kisah dimulai dari pertanyaan temen gw, “Ting, kalo di agama lo kan ngga
boleh cerai. Nah, kalo MISALNYA nanti elo ngeliat suami elo selingkuh, terus
nanti, elo cerai-in atau ngga??”
Wow…
pertanyaan yang mudah di jawab, tapi sebenarnya sangat sulit untuk
diaplikasikan.
“Ngga!
Gw ngga bakal cerai! Alasan pertama karena memang di agama gw ngga boleh
bercerai dan alasan yang kedua gw berpikir itu adalah tugas kita untuk bisa
merubah pasangan kita agar menjadi lebih baik. Itu makanya pentingnya kedekatan
kita dengan Tuhan, jadi ketika kita menghadapi cobaan dalam rumah tangga, kita
ngga goyah”
*wedeh,,
bijak sekali kau, Nak! -,-*
Ngomongin
masalah perceraian, Pak Guruh dalam khotbahnya bilang, “… ketika Tuhan menciptakan
lembaga pernikahan dan aku terlibat di dalamnya, ada sebuah panggilan disana,
melalui keluargaku aku harus menjadi berkat dan kalau kita yakin sekali menjadi
berkat, saya yakin dan percaya, kita semuanya bersepakat untuk mempertahankan
baligai pernikahan itu. Setiap keluarga pasti ada “salibnya”, Ya! Setiap
keluarga itu pasti pernah berantem, Pasti! Tetapi kalau dalam berantem itu
dilihat bukan sisi berbedanya, tetapi melihat suatu titik temu yang sama, saya
yakin dan percaya, berantem itu hanya menjadi bumbu di dalam kehidupan
pernikahan. Ketegaran hatimu juga bisa berarti karena ego kamu! Karena kamu pengen
menang sendiri, karena kamu pengen di dengarkan, karena kamu pengen dimengerti.
Tetapi kamu tidak pernah belajar mendengarkan, tidak pernah belajar mengerti,
tidak pernah belajar untuk menerima pasanganmu. Itu persoalannya, sehingga
dengan gampang mengatakan “Sudah ngga cocok lagi!” apa ne yang ngga cocok? Ora
cocok kok anaknyo limo?? *huakakakak NGAKAK!!*…. Bercerai adalah pilihan
terbaik dari berbagai macam pilihan yang buruk-buruk, jadi tetep BURUK. Keluarga
itu dipakai Allah untuk rancangan damai sejahtera, keluarga dipakai Allah untuk
menjadi alat kesaksian dan keluarga
dipakai Allah untuk nantinya akan tercipta sebuah bangsa. Mestinya, kita akan
menjadi lebih bertanggung jawab kepada keluarga kita. Kita harus menyadari sebagai keluarga yang
dibentuk Allah untuk menghadirkan damai sejahtera Tuhan. Oleh karena itu, kita
diadakan bukan untuk diceraikan tetapi disatukan!”
Joshua
Harris dalam bukunya, I Kissed Dating Goodbye, berbicara banyak mengenai
pernikahan.
“Perayaan
pernikahan adalah suatu peristiwa, tetapi pernikahan itu sendiri adalah suatu
kondisi keberadaan. Bukan tindakan yang terjadi hanya satu kali, tetapi suatu
komitmen seumur hidup yang harus dikembangkan dan dipelihara. Pernikahan
janganlah dipandang rendah hanya sebagai pemuas hawa nafsu dan gairah pria yang
bersifat jasmani, tetapi harus dipandang dengan rasa hormat, hati-hati,
bijaksana dangan tenang dan di dalam takut akan Allah. Salah satu analogi yang
paling indah yang Allah gunakan untuk mendefinisikan hubunganNya dengan kita
adalah pernikahan. Dengan memahami hal ini, kita akan mendapat ilham dan
ketenangan. Orang-orang seharusnya bisa melihat pernikahan kita dan berkata,
“Jadi, seperti inikah gereja? Inikah artinya memiliki suatu hubungan dengan
Yesus?” Pernikahan adalah misteri yang mendalam dan mengagumkan yang ditetapkan
Allah untuk kemuliaanNya. Pernikahan adalah suatu peristiwa yang telah Allah
pilih untuk berlangsung selamanya. Pernikahan harus dihormati. Pernikahan
adalah suatu proses pemurnian. Salah satu hadiah pernikahan terbesar yang akan
Allah berikan kepada anda adalah sebuah cermin diri yang adalah pasangan
anda…..”
Jadi
intinya, boleh ngga sih bercerai???
Pake
nanya lagiii!!! Kan udah gw tulis panjang kali lebar kali alas kali tinggi!!!
-,- *nanya sendiri, jawab sendiri* GILAA!!
Orang
yang mengambil keputusan bercerai adalah orang yang egois. Ketika kita menikah,
kita melibatkan banyak orang. Perceraian?? Paling banyak empat orang, termasuk
pengacaranya. Seharusnya, kalau awalnya dimulai dengan banyak orang,
mengakhirinya juga harus banyak orang. Artinya, ketika orang mengambil
keputusan untuk bercerai dan kemudian melibatkan banyak orang, maka pasti tidak
akan jadi bercerai. Karena pertimbangannya jadi banyak – kenapa begitu?
Harusnya begini! *ngutip khotbah Pak Guruh*
Huaaahh,,,
khotbahnya kereen, lucuuu dan seruuu!! Perumpamaannya mudah dimengerti dan
pastinya LUCU BANGET!! Ekspresinya dapet, manisnya dapet, gantengnya dapet dan
suaranya bagus! *mulai deh!! -,-*
Waktu
itu sinyal kuping gw menangkap ada seseorang yang bilang, “hanya orang gila
yang ngga suka sama Pak Guruh!!” weleh…weleh…setuju sih gw! Hahaha
Lah!
Ini kenapa jadi ngomongin Pak Guruh?? -,-
Oke,,
intinya kita tidak akan menemukan pasangan yang sempurna. Jika kita
menemukannya, mengapa seseorang ingin menikahi seseorang yang tidak sempurna
seperti saya dan anda?. Perempuan dan laki-laki itu sama sekali berbeda. Tetapi
ketika kita menikah “keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan
lagi dua, melainkan satu (Mrk 10:8)”. Satu daging, analogi yang indah dari
Tuhan Yesus. Hubungan pernikahan seharusnya semakin hari semaki erat, semaki
erat dan semakin erat, sehingga menjadi “satu daging”. Jadi, ngga ada lagi
alasan untuk bercerai. Karena sebelum menikah, kita seharusnya sudah mengenal
dengan dalam pasangan kita dan “ketika kita mengambil keputusan untuk menikah,
kita harus menggunakan akal dan logika, tidak hanya menggunakan hati” (Pak
Guruh).
“Bukalah
mata anda lebar-lebar sebelum pernikahan – tutuplah sebelah sesudahnya.
Pernikahan membutuhkan iman terhadap penyediaan Allah dan kemauan untuk
memaafkan ketidaksempurnaan – kemurahan yang diperlukan untuk tetap membuat
mata kita “tertutup sebelah” terhadap kelemahan-kelemahan pasangan kita”
(Joshua Harris)…