Minggu yang lalu,
tepatnya tanggal 20 Juli 2014, aku berjumpa kembali dengan Si Penjelajah Waktu.
Diperjumpaanku kali ini, ia bercerita tentang ketakutan dan kekuatiran hidup
yang seringkali hadir dalam kehidupan kita. Ia memberikan contoh dari Yakub
yang melarikan diri ke Haran untuk menyelamatkan diri dari Esau, kakaknya, yang
mengancam hendak membunuhnya karena ia telah mencuri berkat kakaknya. Dalam
pelariannya ke Haran, Yakub mengalami teofani
(penampakan Allah). Teofani Yakub
kala itu adalah ia bermimpi di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya
sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga
itu (Kej 28:12). Menurut Yakub, di dalam teofani
itulah ia melihat janji penyertaan Allah begitu jelas dinyatakan. Yakub
menyadari bahwa di manapun ia berada Tuhan senantiasa hadir menyertai. Hal
tersebut dibuktikan dengan perkataan Yakub, “Sesungguhnya Tuhan ada di tempat
ini, dan aku tidak mengetahuinya” (Kej 28:16). Teofani itu merubah sikap Yakub dalam perjalanan selanjutnya menuju
Haran dan perubahan sikap itu juga terlihat ketika Yakub menikahi Rahel dan
Lea.
Persoalan dan
problematika tidak pernah lari dalam kehidupan kita. Persoalan dapat
diselesaikan dengan kita menghadapinya, bukan lari dari persoalan. Dari kisah
pelarian Yakub dan teofani yang
dialaminya, mengingatkan kita bahwa ditengah-tengah ketakutan dan kekuatiran
hidup, Allah senantiasa menyatakan janjiNya untuk menyertai kita. Namun
seringkali kita bersikap seperti Yakub, kita tidak menyadari kehadiran Allah
dalam persoalan dan kekuatiran hidup kita alami. Ketika persoalan datang dalam
kehidupan kita, maka logika kitalah yang berbicara terlebih dahulu dibandingkan
dengan luar biasanya pengalaman hidup kita dengan Allah. Konsep logika kita
(manusia) yang dilandaskan pada keputusasaan, membuat kita seringkali merasa
tidak ada jalan keluar ketika mengahadapi persoalan. Padahal jika kita lebih
melihat pengalaman hidup kita bersama Allah, kita harusnya mampu menghadapi
setiap persoalan yang ada dalam hidup kita. IA selalu setia, tidak pernah
meninggalkan kita apapun keadaan kita. Terlalu sering kita mengabaikan Allah
dan lebih mencurahkan perhatian kita kepada semua hiruk pikuk persoalan hidup
yang kita alami, padahal IA adalah setia mencari dan mendampingi kita. Sama
seperti apa yang telah dikatakan Paulus, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan
zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan
dinyatakan kepada kita” (Roma 8:18). Itulah pengharapan anak-anak Allah. Yakub
juga membuka perspektif baru tentang apa arti kehadiran Allah. Rupanya di
tengah-tengah keinginan hati untuk menghindar dari berbagai persoalan hidup,
Allah senantiasa mampu menemukan dan “menangkap” kita. Dan yang lebih indah
adalah IA tidak “menangkap” untuk menghukum, melainkan menegur dengan keras
kedegilan kita dan memeluk kita dengan kasihNya. Seperti apa yang diungkapkan
oleh pemazmur, bahwa “dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan
Engkau menaruh tanganMu ke atasku” (Maz 139:5). IA “mengurung kita”, sehingga apapun
yang kita hadapi, persoalan apapun yang terjadi, IA senantiasa hadir dan
menyertai.
Diakhir
perjumpaan dan perbincanganku dengan Si Penjelajah Waktu, ia memberikan sebuah
motivasi untukku. Ia mengatakan bahwa, “Janganlah lari dari setiap persoalan
hidup. Perjalanan masih berlanjut, mungkin masih banyak persoalan yang akan
dihadapi, tapi yakin dan percayalah bahwa Tuhan senantiasa memeluk kita.
Selamat berjuang! Tuhan Yesus memberkati”.