KAMIS adalah hari yang terSURAM selama
semester ini. Hari dimana jadwal kuliah ngga jelas dan hari dimana gw harus
BEGADANG sampai PAGI ngerjain LAPORAN, tidur cuma
2 jam,
pagi-pagi jam 6 buru-buru ke tempat print 24 jam buat ngeprint LAPORAN dan
pergi ke kampus buat praktikum SHIFT 1 JAM 07.30 -_____-. Hari ini, hari KAMIS,
sama SURAMnya seperti KAMIS – KAMIS yang sebelumnya. MARAH dan KESAL bersatu
padu. Yayaya, tapi semuanya sudah berlalu dan TUHAN bekerja sunguh LUAR BIASA
hari ini – dan setiap hari pastinya J
Oke, kali ini gw bukan mau cerita tentang
“HARI KAMIS” atau “SURAMNYA HARI KAMIS”, atau apalah itu. Karena gw tahu
sebenernya semua hari adalah baik dan semua hari adalah harinya Tuhan *ya kan
pak Lusindo? nghahaha. Gw mau cerita betapa semakin cintanya gw dengan Joshua
Harris haha. Ini sudah kedua kalinya gw beli buku karangan Joshua Harris, dan
buku – bukunya LUAR BIASA. RECOMENDED pokoknya! Setiap kasus atau persoalan
yang gw baca dalam bukunya, PASTI TERJADI di tengah – tengah lingkungan gw. Yaa
walaupun bukan gw yang mengalami secara langsung – biasanya sih temen2 gw – persoalannya,
tapi melalui buku doi gw bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan gw juga
bisa memberikan saran yang lebih baik dan terarah buat temen2 gw.
Bulan ini, gw berkesempatan membeli buku
Joshua Harris yang judulnya DUG DEEP DOWN. Sama seperti buku I KISSED DATING
GOODBYE, buku ini juga DAHSYAT. Disalah satu bab dalam bukunya, Joshua Haris
membahas mengenai pentingnya ALKITAB dan
di bab itu, Joshua Harris memberikan satu kasus yang menarik banget *menurut gw
haha. Kasusnya seperti ini:
“Saya
meminta tanda dari Allah,” kata wanita itu kepada saya. Isaac, rekan saya
sesama pendeta, dan saya sedang bertemu dengan seorang wanita muda di gereja
yang terjebak dalam hubungan amoral dengan pacarnya yang non-Kristen. “Saya
tahu Allah membawanya ke dalam kehidupan saya karena alasan tertentu” demikian
katanya berulang kali. “Darimana kamu tahu itu?” tanya saya. “Pokoknya saya
tahu,” jawabnya. Saya memintanya untuk meninggalkan dosanya dan membacakan tiga
nats dari ALKITAB yang melarang seks di luar pernikahan, ataupun amoralitas
seksual (1 Kor 6:18; Ef 5:3; 1 Tes 4:3). “Kamu bisa lihat bukan, bahwa Allah
menyatakan apa yang kamu perbuat keliru?” saya bertanya. “Ya, saya tahu,”
jawabnya. “Saya sadar itu amoral. Saya
cuma ingin meminta Allah menunjukkan apa yang mesti saya lakukan.”
Sebelumnya, wanita muda ini terbangun di tengah malam dan dilanda keraguan
tentang hubungannya itu, “Ya Allah,
kumohon, berilah aku tanda!” demikian ia berdoa.
TERSINDIR deh gw hahaha. Sadar ngga sadar,
seringkali kita bersikap seperti wanita di atas *dan gw juga termasuk -,-. Kita sering kali memusatkan pikiran dan
perhatian kita pada menemukan tanda dari Allah – entah itu hari jadi, bunga
sebagai kejutan dari kekasih, terbangun di tengah malam – padahal Allah sudah berbicara dengan jelas melaluai ALKITAB. Yesus
berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”
(Yoh 14:15). ALKITAB menjadi aturan paling utama bagi iman dan praktik
kehidupan kita. Bukan perasaan atau emosi kita. Bukan tanda-tanda atau
kata-kata nubuatan atau firasat. Apalagi
yang bisa ALLAH berikan kepada kita selain apa yang Ia berikan di dalam
ALKITAB? Yang jadi pertanyaan justru, apakah kita akan mendengarkannya? Apakah kita akan taat ketika kita tidak
menyukai apa yang dikatakan ALKITAB? Seringkali kita itu menjadi orang yang
BEBAL, wong udah jelas – jelas di ALKITAB ngga boleh berpacaran dengan berbeda
agama, tapi teteeep aja dijalanin. Dengan berbagai alasan KLASIK, “yaa gw sih
jalanin aja dulu” atau “kalo emang nanti itu jodoh gw, yaa mau gimana lagi”
atau “jalanin aja dulu, nanti juga Tuhan akan memberikan yang terbaik”. Come on
GUYS, BRO, SIST, TERANG dan GELAP itu ngga mungkin bisa bersatu. Lebih baik
TIDAK mencoba sama sekali daripada harus coba – coba dahulu. Miris rasanya
mendengar seorang anak muda berkata, “kalo menurut gw sih sekuat apapun mereka
beragama tapi kalo memang mereka sama – sama suka dan mau pindah agama, kenapa
ngga?” hahaha gw selalu dan selalu tertarik kalo ngebahas masalah BERPACARAN.
Maklum, gw sudah banyak belajar dari buku – bukunya Joshua Harris, Jackie
Kendall, dan Elisabeth Elliot. Monggo, kalo kalian masih mau belajar mengenai
pacaran yang dikehendaki Tuhan, silahkan cari buku – buku karangan mereka, atau
ngga mau nyewa buku - buku punya gw juga ngga apa2, sehari Rp. 5000,00 tapi
hahaha becanda.
Oke, fokus ke topik! hahaha
Firman Allah mengajarkan kepada kita
bagaimana berpikir. Firman mengajarkan kebenaran. Firman menegur dan mengoreksi
pola piker lama kita yang berpusat pada diri sendiri. Firman Allah memiliki otoritas, dan ketika kita menundukkan diri
kepadanya, Kitab Suci memperlengkapi kita dengan pekerjaan baik. Namun, seringkali kita telah membaca Firman Allah,
tahu kemana Firman itu memanggil saya, tapi menolak untuk berbalik ke arah yang
baru.
ALKITAB rasa-rasanya akan lebih mudah
dipahami dan lebih mudah dikuasai jika isinya hanyalah aturan-aturan tentang
makanan dan perilaku seksual. Kita lebih sering terampil dalam mengikuti
berbagai macam buku aturan. Setiap minggu/tahun/bulan bahkan hari, setumpuk
buku baru tentang diet, gaya hidup, manajemen waktu, dan buku olahraga,
memberikan perintah spesifik tentang apa yang mesti kita santap. Kita dengan
rajin membeli buku-buku seperti itu dan menaatinya bagaikan seorang budak
selama satu atau dua bulan – sampai kita sadar bahwa ternyata kita masih gendut
atau hidup kita masih tidak teratur. Kemudian kita mencari buku baru lain yang
bisa menyuruh-nyuruh diri kita sendiri.
ALKITAB jauh lebih indah dan berbahaya,
bahkan mampu mentransformasi hidup secara radikal dibandingkan dengan buku-buku
yang penuh instruksi. ALKITAB adalah alat komunikasi yang hidup dari Allah,
yang adalah sebuah pribadi kepada maanusia. Namun, tidak semua orang Kristen
mempunyai pemikiran seperti itu. Masih banyak orang-orang Kristen yang
menyangka bahwa ALKITAB adalah buku kumpulan aturan, yang memberi perintah
tentang apa yang mesti kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan. Di
dalam ALKITAB memang terdapat sejumlah aturan dan aturan-aturan tersebut
memperlihatkan kepada kita bagaimana kehidupan sebaiknya berjalan. Tapi isi
ALKITAB yang paling utama bukanlah tentang kita ataupun apa yang mesti kita
lakukan. ALKITAB terutama berisi tentang Allah dan apa yang telah Ia lakukan.
Disatu sisi, ada juga orang yang menyangka bahwa ALKITAB adalah buku kisah para
pahlawan, yang menunjukkan berbagai orang yang mesti kita teladani.
ALKITAB bukanlah buku kumpulan aturan atau
buku kisah para pahlawan. ALKITAB berisi sebuah kisah. Isinya adalah sebuah
kisah petualangan seorang Pahlawan muda yang datang dari negeri yang sangat
jauh, untuk mengambil kembali hartaNya yang sempat hilang. Sebuah kisah cinta
seorang Pangeran pemberani yang meninggalkan istanaNya, tahtaNya – segala
sesuatu – untuk menyelamatkan orang yang Ia kasihi. Kisah ini bagaikan dongeng
terindah yang menjadi nyata dalam kehidupan yang sesungguhnya.
Ada begitu banyak kisah di ALKITAB, tapi
semua kisah itu berbicara tentang satu kisah besar. Kisah tentang bagaimana
Allah mengasihi anak-anakNya dan datang untuk menyelamatkan mereka. Kisah itu
disampaikan oleh keseluruhan ALKITAB dan dipusat kisah itu, hadir seorang bayi.
Setiap kisah di ALKITAB membisikkan namaNya. Ia bagaikan kepingan yang hilang
dari sebuah puzzle – kepingan yang
membuat semua kepingan lain menyatu, dan tiba-tiba kita bisa melihat sebuah
gambar yang indah.
ALKITAB tidak terbatas pada doktrin atau
cerita. Melalui keduanya, Allah berbicara dan mengungkapkan diriNya kepada
kita, supaya kita bisa sungguh-sungguh mengenalnya. ALKITAB berbicara pada
setiap jiwa kita dengan kedalaman dan intensitas yang tidak tertandingi. Ketika kita membacanya, ALKITABlah yang
membuka diri kita. ALKITAB membaca diri kita. Ia mencari-cari ke dalam diri
kita sedalam mungkin. Ia menyingkapkan hati kita dan berbagai motivasi kita. Ia
meyakinkan dan menghibur kita. Ketika kita membacanya, Roh Kudus memberi konfirmasi
di dalam hati kita, bahwa yang kita baca itu bukanlah kata-kata manusia, tapi
Firman Allah itu sendiri. Kata-kata itu tidak seperti kata-kata di muka
bumi ini. Firman Allah benar dan kekal (Ams 30:5-6). danYesus berkata, “Langit
dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu” (Luk 21:33).
Oke, kurang lebih begitulah yang gw rangkum dari bukunya Joshu
Harris di bab yang judulnya ROBEK,
BAKAR, MAKAN “Ketika kita membaca
Alkitab, ia membuka diri kita. Alkitab membaca kita”
Kalo mau lebih jelas lagi, beli bukunya atau ngga nyewa buku gw *
-__-
Sekian rangkumannya, buat tulisan yang gw bold, itu karena gw
merasa kata – kata itu menegur gw secara pribadi hehehe.. God Bless :D