Ada seorang Ibu yang baru melahirkan di sebuah rumah sakit Bersalin.
Namun Ibu tersebut sangat terkejut ketika melihat bayi laki-lakinya
yang baru dilahirkannya itu tidak memiliki daun telinga. Untunglah,
bayi itu masih memiliki fungsi pendengaran yang sempurna. Tidak ada
yang dapat dilakukan orangtua si bayi selain menerima takdir bahwa anak
mereka yang pertama tidak memiliki kedua daun telinganya. Sang dokter
pihak rumah sakit tersebut berusaha menghibur dan membesarkan hati sang
orangtua tersebut, khususnya sang Ibu yang sangat shock.
“Bersabarlah
Bapak dan Ibu, anak yang dilahirkan ini adalah titipan dan anugerah
yang sangat besar dari Yang Maha Kuasa. Saya yakin kelak anak ini
memberikan kebahagian dan kesejukan hati kepada Bapak dan Ibu. Jagalah
dan besarkanlah anak ini dengan penuh kasih sayang dari kalian berdua”
Sang
Ibu akhirnya dapat tenang dan bersikap tabah menerima apa yang
ditakdirkan oleh Tuhan kepadanya. Perkataan sang dokter tersebut telah
mendorong sang ibu untuk mencurahkan seluruh kasih sayangnya pada si
anak.
Hari
berganti hari, waktu terus bergulir, si anak tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang mampu bergaul dengan teman sebayanya. Pelajaran di
sekolah pun tidak menjadi masalah diikutinya. Namun satu hal yang
mengganggu diri si anak. Dia mendapatkan sindiran dari teman-temannya.
Teman-temanya ada yang mengatakan bahwa dia adalah manuasia planet, ada
lagi yang mengatakan dia adalah titisan sang dewa langit karena tidak
bertelinga, ada juga yang mengatakan kalau dirinya keturunan iblis yang
muncul ke bumi, bahkan ada yang melecehkannya supaya besar nanti
bekerja di star trek saja. Sindiran-sindiran itu jelas
menyakiti hati sang anak. Tidak jarang dia pulang ke rumah dalam
keadaan menangis dan masuk dalam pelukan ibunya. Sang Ibu dengan
ketabahan yang luar biasa terus memotivasi si anak untuk mengembangkan
potensinya dan meraih prestasi yang gemilang hingga duduk di bangku
Perguruan Tinggi.
Hingga
suatu hari, seorang dokter yang dikenal oleh keluarga itu mengatakan
bahwa si anak yang sudah tumbuh dewasa ini dapat menerima cangkok daun
telinga dari orang lain, dan cangkokan ini sudah ada disimpan beberapa
waktu lamanya dari seorang donor. Mendengar berita ini giranglah hati
si anak, meskipun menyisakan pertanyaan siapa yang telah mendonorkan
telinganya untuk dirinya. Operasi cangkok pun berjalan lancar, dan
suatu perubahan penampilan dalam diri anak ini terjadi, rasa percaya
dirinya semakin meningkat seiring dengan prestasi yang ia raih. Hal ini
sekaligus mempercepat penyelesaian studi dan pencarian kerja bagi si
anak.
Setelah
ia menyelesaikan studi dan bekerja sebagai diplomat serta membangun
keluarga yang kemudian dikarunia 2 orang anak, ternyata rasa penasaran
tentang siapa pemberi daun telinga kepadanya belum juga terjawab. Kepada
sang Ayah hal ini sering ia tanyakan namun sang Ayah tetap mengatakan “Suatu saat kau akan tahu, nak! ”
Hingga
suatu saat yang paling menyedihkan menimpa keluarga ini, sang Ibunda
tercinta meninggal dunia karena sakit. Rasa kehilangan yang tidak
terhingga dirasakan oleh sang anak tunggal ini, masih terbayang dalam
dirinya ketika di diejek oleh rekan-rekannya, ibunyalah yang
menguatkannya. Sang Ibu pula yang selalu mendorong dirinya untuk selalu
menunjukkan prestasi gemilang dengan tidak melupakan berbagi pada
sesama dan tetap bergantung pada ke-Maha Kuasa-an Sang Pencipta. Namun,
kenangan itu tinggal kenangan, sang Ibu tercinta telah pergi untuk
selama-lamanya. Saat akan memberikan ciuman terkhir pada jasad sang
Ibu, dengan didampingi sang Ayah, si anak sempat terkesima ketika
menyibakkan rambut ibunya. Ternyata ibunya tidak memiliki daun telinga
lagi. Akhirnya teka-teki yang selama ini mengganjal di dalam batinnya
pun terjawab sudah. Pantaslah, jika bertahun-tahun belakangan ini sang
Ibu selalu berkata bahwa ia lebih suka memanjangkan rambutnya. Rupanya,
ia tidak ingin si anak tahu jika yang mendonorkan daun telinga itu
adalah ibunya sendiri. Sang anak pun menangis di samping jasad ibunya.
Ia menangis sambil terus mecium dan memeluk jasad ibunya. Betapa
terkejutnya si anak ketika mengetahui sang ibunyalah yang mendonorkan
daun telinga kepada dirinya. Dari hati kecil yang paling dalam, sang
anak merasakan betapa besar kasih sayang dan pengorbanan ibunya kepada
dirinya. Kasih sayang dan pengorbanan ibunyalah yang menjadikan sang
anak tetap tegar dan tabah menjalani kehidupan. Padahal dirinya belum
dapat memberikan dan menggantikan kasih sayang dan pengorbanan sang ibu
kepada dirinya.
0 komentar:
Posting Komentar